Tempat ku bersandar untukmu wahai harapan. Ku memejamkan mata menggelapkan pandangan, tersirat bayangan hitam dalam cahaya sendu yang temaram. Teriris dalam hati yang semakin nyata dalam khayalan, isak kerinduan mulai menghampiri dalam tangisan. Desir lembut mulai menyerebak sentuhan angin senja, menyesakkan dada membuat suasana kian menyiksa. Meresapi, menghayati, mengikuti, alur cerita nafas yang di titipkan Illahi. Lebih dalam, dan melepaskannya bersama hati yang semakin lebam.
Suara burung memekakkan telinga bersama hati penuh luka. Berayun.... Membuat simfoni selaras berpantun. Membasahi nadi kian dalam hingga tetesan embun menyerbak dalam lantun. Sepintas... Gambaran masa lalu hadir terlintas. Membumbung tinggi bersama penyesalan yang kian nyata, membuat hati ingin berontak dan panas dalam dada. Ada sebuah cerita yang ingin ku lupakan, tetapi tetap bersemayam dalam angan. Cerita tersayat yang ingin cepat ku tinggalkan, untukmu wahai kenangan.
Sampai kapan aku terlepas dari bayangmu, dari lukamu, yang kian menyiksaku. Kau tahu, akulah orang yang rapuh tak setegar karang di laut itu. Hatiku bukanlah baja yang kuat menahan beban penuh luka. Hidupku tak terlalu sempurna untuk melanjutkan kehidupan yang penuh drama. Batinku tak seperti mu yang mudah mencari untuk menjadi persinggahan lagi. Air mataku tak sekuat mendung yang mampu menahan air untuk dibendung.
Tes........ Jatuhlah luka yang jernih, bersemayam dalam pipi, kemudian jatuh membasahi bumi. Air yang tak berdosa, keluar menandakan hati yang penuh luka. Sekuat apapun ku menyeka, semua begitu saja keluar berduyun-duyun membuat ku putus asa. Disudut senja aku membuka mata, menyapa kepada dunia, bahwa aku baik-baik saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar