Seorang Pecundang Menggapai Beribu Impian
“Hari
ini aku disini
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
Yang telah membakar seluruh jiwa
Ku coba resapi ku coba selami segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi”
Berjuang untuk bertahan
Padamkan luka dan beban yang ada
Yang telah membakar seluruh jiwa
Ku coba resapi ku coba selami segala yang telah terjadi
Ku ambil hikmahnya rasakan nikmatnya dan ku coba untuk hadapi”
Dengan
lagu ini aku memiliki semangat untuk terus bertahan, berjuang, dan terus
berkarya. Tahukah kalian rasanya menjadi seorang pecundang yang tersisih dalam
kumpulan ? menjadi seorang yang hanya dipandang sebelah mata oleh orang-orang ?
Menjadi seorang yang hanya bisa terinjak oleh para pelaku panggung sandiwara
dunia ? Ketika apapun yang kau lakukan selalu salah dimata orang lain ? dan
Ketika kamu berkarya selalu dicemooh oleh orang ?
Terkadang
hidup itu sangat menyakitkan, harus bisa bertahan dengan segala kekurangan.
Harus bertahan hidup untuk mendapatkan satu nama yaitu “SUKSES”, ketika sukses
sudah ada di genggaman pasti akan dihormati oleh orang lain. Tapi apakah tujuan
kesuksesan hanya sebagai ajang untuk bisa dihormati orang lain ? Terus kenapa
ketika seseorang masih taraf berkembang dan dibawah tidak dihargai
keberadaannya ? bahkan di diskriminasi dan di intimidasi ? Ya, itulah aku.
Seorang pecundang yang terinjak oleh kumpulan dari orang-orang yang menganggap
aku lemah, tak berdaya, tak mampu, dan tak bisa apa-apa.
Dangan
latar belakang keluargaku yang mungkin dibawah standart mereka, aku menjadi
seseorang yang hanya dipandang sebelah mata. Aku berada dilingkungan yang
sangat tak adil bagiku, ketika mereka yang lahir dari keluarga bangsawan maupun
keluarga mampu mereka sangat dihargai. Meskipun kelakuan mereka di atas
kewajaran dari seorang yang nakal, tapi tetap mereka sangat dihargai. Sadangkan
aku yang lahir dari keluarga yang sederhana, aku dianggap hanya seorang anak
yang kurang pergaulan dan tidak dikatakan sebagai anak muda. Apa salahnya sih
jika aku menjadi seorang yang baik, yang berpegang teguh katakan tidak pada
rokok, dan minum-minuman keras, apalagi narkoba. Tapi yang ada aku dibilang
seorang yang kurang “Gaul” dan kurang pergaulan.
Mereka
bilang “Selagi masih muda”, iya itu memang benar. Tapi aku punya idealisme
sendiri untuk menggapai masa remajaku dan masa depanku. Bagiku sebuah karya
disaat masih muda itu lebih bermanfaat dari pada hanya sekedar berfoya-foya.
Memang aku iri melihat mereka yang hidupnya serba kecukupan, orang tua mereka
mampu memberikan apapun materi yang mereka butuhkan. Sedangkan aku harus
mencukupi kebutuhanku sendiri agar tidak membebani orang tuaku, dan menikmati
hidup yang seadanya dan alakadarnya. Kehidupanku yang begitu jauh dibanding mereka
membuat aku minder bergaul dengan mereka. Aku hanya mampu tersenyum ketika
mereka menghampiriku, tapi sialnya mereka hanya acuh. Disaat berpapasan dijalan
aku mencoba menyapa, tapi mereka hanya memandang ke depan dan hanya menganggap
aku hanya angin lewat. Sungguh teriris hati ketika tak di anggap ada, aku
sangat menghargai mereka. Mereka sangat ingin di hargai, tapi mereka tak
menghargaiku.
Dimata
mereka aku hanyalah seorang anjing menggonggong yang hanya menakuti seorang
maling, tapi tak berpengaruh pada mereka. Ketika mereka butuh dan sangat
membutuhkan, aku harus tetap ada untuk mereka bahkan harus selalu ada. Tapi
ketika aku butuh, mereka tak pernah peduli. Bahkan melirikku saja mereka tak
akan sudi, apalagi membantuku ketika aku dalam kesusahan. Ketika aku membuat
sebuah karya, mereka dengan bangga mengejekku, dan menertawakanku. Aku hanya
bisa diam, dan tak peduli dengan yang mereka ucapkan. Aku hanya bilang kepada
mereka “Terserah kau ucap apa, yang penting aku punya karya” dan dengan lantang
mereka menertawakanku dengan bahagia. Sungguh sadis cara mereka merendahkanku,
sungguh hina mereka memandangku.
Aku yang hanya menyisakan secercah
harapan, dan memandang impian sebagai seorang insan yang diciptakan-Nya sebagai
khalifah dibumi. Dengan bayangan putus asa, aku
bangkit. Dengan harapan yang sia-sia, aku bermimpi. Dengan tetesan air mata,
aku tersenyum. Dengan peluh yang mengalir, aku mengangkat daguku dengan bangga.
Inilah aku yang seorang pecundang, yang hina, yang tak punya, yang tak
sempurna, mampu untuk membuktikan bahwa aku bisa untuk sukses dimasa depanku.
Aku berusaha dengan tekat, dengan kemampuan, dan dengan semangat mengejar impian
yang tenggelam bersama masa laluku yang kelam. Tak peduli aku di cemooh,
dihina, di injak, aku lecehkan, dipandang sebelah mata, dan bahkan tak
menganggapku ada. Aku akan terus berjuang sampai ajal menjemputku, sampai aku
benar-benar rapuh untuk mengangkat kakiku.
“Engkau
slalu ada
di saat jiwaku rapuh, di kala ku jatuh
And I want you to know
that I will fight to survive,
I will not give up, I will not give in,
I'll stay alive for you... for you... for You... “
di saat jiwaku rapuh, di kala ku jatuh
And I want you to know
that I will fight to survive,
I will not give up, I will not give in,
I'll stay alive for you... for you... for You... “
Coretan
seorang pecundang untuk menggapi beribu impian.
I WILL SURVIVE
Inspirasi
Lagu I Will Survive – Bondan Prakoso